Kota Zombie (Part 2)

Karya  : Andika Geotama

Sumber Gambar : Andika Geotama


Perlahan Ezra masuk mendekat susunan rak yang berisi makanan ringan. Dilihatnya kanan kiri sepi tidak ada seorangpun. Hanya terdengar nafas yang tidak beraturan yang keluar dari hidung Ezra. Perlahan Ezra mengambil makanan di rak tersebut dengan mewaspadai daerah sekitarnya.  Pelan namun pasti, langkah kaki Ezra mengarungi  sela-sela rak yang berisi makanan ringan. Tiba-tiba di sudut samping rak tersebut, Ezra melihat sesosok zombie tengah berjalan mencari mangsa. Dengan perasaan cemas, Ezra melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu. Baru beberapa langkah Ezra berjalan, telepon genggam miliknya berbunyi sangat kuat. Sehingga membuat zombie mengetahui keberadanya disana.

                Dengan cepat zombie mengejar yang juga di ikuti oleh zombie lainya akan memangsa Ezra. Dengan sekuat tenaga dia pun belari keluar minimarket menuju mobilnya di pom bensin. Para zombie tidak henti-hentinya mengejar. Baju mereka yang bersimbah darah dan wajah-wajah mereka yang merah serta berlubang-lubang. Menambah kesan keganasan mayat-mayat hidup tersebut. Akhirnya Ezra pun dapat memasuki mobilnya dan langsung menancap pedal gas dengan kencang.

               Petualangan yang sungguh mendebarkan dan semua tidaklah direncanakan olehnya. Namun karena keyakinan yang besar itulah dia dapat melewati semua ini dengan keberanian. “apakah di kota tujuanku ini aman dari virus mengerikan itu, ataukah kota itu sudah terinfeksi  semua penduduknya” tanya Ezra dalam kebingungan. Dia mencoba lagi menghubungi temanya yang berada di kota tujuanya tersebut. Beberapa kali mencoba menghubunginya namun lagi-lagi gagal. “sialan, tidak aktif lagi nomor boby, gimana aku mau tahu kondisi disana”  Ezra mulai kesal dengan keadaan sekarang. “Ooh iya tadi siapa yang meneleponku sewaktu diminimarket tadi”. Dia langsung melihat telepon genggamnya kembali, dilihatnya yang melakukan panggilan tadi adalah keluarganya di Kota Rengat.

                Ezra langsung menghubungi kembali keluarganya, “Halo bagaimana keadaan di Kota Rengat Ica?” tanya Ezra kepada adiknya. “Kota Rengat sudah diamankan oleh pihak tentara dan polisi bang, abang dimana? Kami disini mengkhawatirkan keadaanmu bang” jawab Ica. “Aku berada di sebuah daerah yang berjarak 90 KM dari Rengat Ca, aku baik-baik saja, o ya ca kamu dapat informasi tentang keadaan kota tujuanku ini?” tanya Ezra. “Kota yang abang tuju sudah di asingkan dari manusia bang, karena awal timbulnya virus ini berada di kota tersebut,sebaiknya abang kembali ke Rengat” jawab Ica. Mendengar kabar tersebut, Ezra pun langsung memutuskan untuk pulang.

                Tanpa pikir panjang Ezra langsung membanting stir ke arah Kota Rengat. Perasaan takut membayangi didepan matanya. Di sekitarnya hanya terdapat para zombie yang siap memangsa dirinya. Bermodalkan mental setebal baja, dia akan kembali menuju tempat tinggal keluarganya. “Aku mau tidak mau harus melewati lagi para zombie-zombie di daerah tersebut” Ezra memacu dirinya untuk siap melewati kota yang telah dia lalui sebelumnya.

        Mengarungi sepinya jalanan, kendaraan-kendaraan banyak berserakan dijalan ditambah gelapnya malam semakin melengkapkan. Betapa besar dampak yang ditimbulkan oleh virus itu. Mengubah manusia menjadi kanibal yang siap memakan manusia lainya. Beberapa jam perjalanan tiba Ezra di kota yang dilaluinya tadi. Hanya zombie yang terdapat di setiap sudut kota. Ezra terhenti sejenak di perbatasan kota memandang luas keadaanya. “Semoga aku bisa melewatinya” gumam Ezra.

                Dengan berhati-hati Ezra mulai memasuki kota tersebut. Perlahan dia melaju kendaraanya. Tanpa disadari sekelompok zombie mengejarnya dari arah kanan, kiri dan belakang. Menyadari hal itu Ezra langsung menghindar melajukan kendaraannya. Karena keasikan melihat kebelakang, Ezra tidak sengaja menabrak trotoar jalan dan menghantam halte pemberhentian bus. Dengan sekejap mobil Ezra pun lumpuh dan tidak dapat dijalankan. “Gimana ini tidak mau nyala, sialan zombie sudah mendekat” Ezra pun langsung keluar dan lari meninggalkan mobilnya tersebut. Para zombi terus mengejarnya, baju belumuran darah, kepala yang berlubang serta mata yang berwarna merah ciri yang melekat dari infeksi virus mengerikan tersebut.

                “Harus kemana aku bersembunyi” Ezra berfikir keras untuk mencar tempat perlindungan. Tiba-tiba dari arah samping Ezra di terkam zombie tersebut. Zerttt... Ezra berusaha bangkit dan melawan zombie tersebut. Dengan spontan Ezra mengambil besi disebelahnya dan menusukan ke kepala zombie tersebut.  Dengan berani dia juga menghantamkan besi tersebut ke zombie yang lain. “setan kalian semua” Ezra dengan emosi sambil memukul zombie disekitarnya. Dengan cepat dia lari karena banyaknya jumlah zombie yang mendekat. “mudah-mudahan bisa berlindung disana aku” Ezra memasuki sebuah gedung yang tinggi. Terus berlari menaiki tangga, hanya sebuah besi senjata yang dimilikinya.

                Dari arah depan Ezra dikagetkan dengan zombie yang tengah berjalan ke arahnya, dengan cepat Ezra menusukan besi ke kepala zombie tersebut. Dia terus berlari menghindari zombie-zombie tersebut. “ada lift, semoga bisa berjalan” ungkap Ezra melihat lift terlihat dihadapanya. Setelah itu Ezra memasuki lift. Beberapa menit kemudian Ezra sampai diatas atap gedung. “aku harus meminta bantuan pihak SAR” Ezra berusaha menghubungi pihak SAR. Setelah berhasil menghubungi, Ezra harus bersabar hingga beberapa menit pihak SAR tiba di lokasi Ezra berada. Dilihatnya ada sebuh senjata api laras panjang dihadapanya. Ezra mengambil untuk berjaga-jaga membentengi dirinya dari serangan zombie.

 Baru beberapa menit mengambil senjata, sekelompok zombie berhasil naik menuju Ezra berada. “sialan, ini makan tembakanku” secepat kilat Ezra menembakan senjata yang dipegangnya. Dengan sekejap zombie-zombi tersebut lumpuh, namun kawanan mereka terus menaiki puncak gedung. “gimana ni tim SAR belum datang, jumlah zombie semakin bertambah” Ezra semampunya mempertahankan dirinya dengan senjata yang ditembakan ke para zombie. Dan tak disadar peluru pun mulai lenyap dari senjata tersebut.  Terlihat dari kejauhan helikopter tim SAR mendekat, dan di pintunya terdapat tentara yang menembaki para zombie tersebut.


“tolong aku” Ezra berteriak ke arah tim SAR. Akhirnya Ezra terselamatkan oleh tim SAR dan dibawa menuju Kota Rengat. Dilihatnya hamparan daratan dan sepanjang jalan hanya mahluk-mahluk pemangsa yang mendiaminya. Kendaraan yang berserakan tak berpengemudi. Dinding-dinding tinggi dilapisi kawat berduri memblokade antara zombie dan manusia di Kota Rengat. Ezra pun selamat dari pristiwa yang hampir merenggut nyawanya. 

T A M A T 🙂👍

Posting Komentar

0 Komentar