![]() |
Sumber Gambar : Andika Geotama |
Perlahan Ezra masuk mendekat
susunan rak yang berisi makanan ringan. Dilihatnya kanan kiri sepi tidak ada
seorangpun. Hanya terdengar nafas yang tidak beraturan yang keluar dari hidung
Ezra. Perlahan Ezra mengambil makanan di rak tersebut dengan mewaspadai daerah
sekitarnya. Pelan namun pasti, langkah
kaki Ezra mengarungi sela-sela rak yang
berisi makanan ringan. Tiba-tiba di sudut samping rak tersebut, Ezra melihat
sesosok zombie tengah berjalan mencari mangsa. Dengan perasaan cemas, Ezra
melangkahkan kaki menjauh dari tempat itu. Baru beberapa langkah Ezra berjalan,
telepon genggam miliknya berbunyi sangat kuat. Sehingga membuat zombie
mengetahui keberadanya disana.
Dengan
cepat zombie mengejar yang juga di ikuti oleh zombie lainya akan memangsa Ezra.
Dengan sekuat tenaga dia pun belari keluar minimarket menuju mobilnya di pom
bensin. Para zombie tidak henti-hentinya mengejar. Baju mereka yang bersimbah
darah dan wajah-wajah mereka yang merah serta berlubang-lubang. Menambah kesan
keganasan mayat-mayat hidup tersebut. Akhirnya Ezra pun dapat memasuki mobilnya
dan langsung menancap pedal gas dengan kencang.
Petualangan
yang sungguh mendebarkan dan semua tidaklah direncanakan olehnya. Namun karena
keyakinan yang besar itulah dia dapat melewati semua ini dengan keberanian.
“apakah di kota tujuanku ini aman dari virus mengerikan itu, ataukah kota itu
sudah terinfeksi semua penduduknya”
tanya Ezra dalam kebingungan. Dia mencoba lagi menghubungi temanya yang berada
di kota tujuanya tersebut. Beberapa kali mencoba menghubunginya namun lagi-lagi
gagal. “sialan, tidak aktif lagi nomor boby, gimana aku mau tahu kondisi
disana” Ezra mulai kesal dengan keadaan
sekarang. “Ooh iya tadi siapa yang meneleponku sewaktu diminimarket tadi”. Dia
langsung melihat telepon genggamnya kembali, dilihatnya yang melakukan
panggilan tadi adalah keluarganya di Kota Rengat.
Ezra
langsung menghubungi kembali keluarganya, “Halo bagaimana keadaan di Kota
Rengat Ica?” tanya Ezra kepada adiknya. “Kota Rengat sudah diamankan oleh pihak
tentara dan polisi bang, abang dimana? Kami disini mengkhawatirkan keadaanmu
bang” jawab Ica. “Aku berada di sebuah daerah yang berjarak 90 KM dari Rengat
Ca, aku baik-baik saja, o ya ca kamu dapat informasi tentang keadaan kota
tujuanku ini?” tanya Ezra. “Kota yang abang tuju sudah di asingkan dari manusia
bang, karena awal timbulnya virus ini berada di kota tersebut,sebaiknya abang
kembali ke Rengat” jawab Ica. Mendengar kabar tersebut, Ezra pun langsung
memutuskan untuk pulang.
Tanpa
pikir panjang Ezra langsung membanting stir ke arah Kota Rengat. Perasaan takut
membayangi didepan matanya. Di sekitarnya hanya terdapat para zombie yang siap
memangsa dirinya. Bermodalkan mental setebal baja, dia akan kembali menuju
tempat tinggal keluarganya. “Aku mau tidak mau harus melewati lagi para
zombie-zombie di daerah tersebut” Ezra memacu dirinya untuk siap melewati kota
yang telah dia lalui sebelumnya.
T A M A T 🙂👍
Mengarungi sepinya jalanan, kendaraan-kendaraan banyak
berserakan dijalan ditambah gelapnya malam semakin melengkapkan. Betapa besar
dampak yang ditimbulkan oleh virus itu. Mengubah manusia menjadi kanibal yang
siap memakan manusia lainya. Beberapa jam perjalanan tiba Ezra di kota yang
dilaluinya tadi. Hanya zombie yang terdapat di setiap sudut kota. Ezra terhenti
sejenak di perbatasan kota memandang luas keadaanya. “Semoga aku bisa melewatinya”
gumam Ezra.
Dengan
berhati-hati Ezra mulai memasuki kota tersebut. Perlahan dia melaju
kendaraanya. Tanpa disadari sekelompok zombie mengejarnya dari arah kanan, kiri
dan belakang. Menyadari hal itu Ezra langsung menghindar melajukan kendaraannya.
Karena keasikan melihat kebelakang, Ezra tidak sengaja menabrak trotoar jalan
dan menghantam halte pemberhentian bus. Dengan sekejap mobil Ezra pun lumpuh
dan tidak dapat dijalankan. “Gimana ini tidak mau nyala, sialan zombie sudah
mendekat” Ezra pun langsung keluar dan lari meninggalkan mobilnya tersebut.
Para zombi terus mengejarnya, baju belumuran darah, kepala yang berlubang serta
mata yang berwarna merah ciri yang melekat dari infeksi virus mengerikan
tersebut.
“Harus
kemana aku bersembunyi” Ezra berfikir keras untuk mencar tempat perlindungan.
Tiba-tiba dari arah samping Ezra di terkam zombie tersebut. Zerttt... Ezra
berusaha bangkit dan melawan zombie tersebut. Dengan spontan Ezra mengambil
besi disebelahnya dan menusukan ke kepala zombie tersebut. Dengan berani dia juga menghantamkan besi
tersebut ke zombie yang lain. “setan kalian semua” Ezra dengan emosi sambil
memukul zombie disekitarnya. Dengan cepat dia lari karena banyaknya jumlah
zombie yang mendekat. “mudah-mudahan bisa berlindung disana aku” Ezra memasuki
sebuah gedung yang tinggi. Terus berlari menaiki tangga, hanya sebuah besi
senjata yang dimilikinya.
Dari
arah depan Ezra dikagetkan dengan zombie yang tengah berjalan ke arahnya,
dengan cepat Ezra menusukan besi ke kepala zombie tersebut. Dia terus berlari
menghindari zombie-zombie tersebut. “ada lift, semoga bisa berjalan” ungkap
Ezra melihat lift terlihat dihadapanya. Setelah itu Ezra memasuki lift.
Beberapa menit kemudian Ezra sampai diatas atap gedung. “aku harus meminta
bantuan pihak SAR” Ezra berusaha menghubungi pihak SAR. Setelah berhasil
menghubungi, Ezra harus bersabar hingga beberapa menit pihak SAR tiba di lokasi
Ezra berada. Dilihatnya ada sebuh senjata api laras panjang dihadapanya. Ezra
mengambil untuk berjaga-jaga membentengi dirinya dari serangan zombie.
Baru beberapa menit mengambil senjata,
sekelompok zombie berhasil naik menuju Ezra berada. “sialan, ini makan tembakanku”
secepat kilat Ezra menembakan senjata yang dipegangnya. Dengan sekejap
zombie-zombi tersebut lumpuh, namun kawanan mereka terus menaiki puncak gedung.
“gimana ni tim SAR belum datang, jumlah zombie semakin bertambah” Ezra
semampunya mempertahankan dirinya dengan senjata yang ditembakan ke para
zombie. Dan tak disadar peluru pun mulai lenyap dari senjata tersebut. Terlihat dari kejauhan helikopter tim SAR
mendekat, dan di pintunya terdapat tentara yang menembaki para zombie tersebut.
“tolong aku” Ezra berteriak ke
arah tim SAR. Akhirnya Ezra terselamatkan oleh tim SAR dan dibawa menuju Kota
Rengat. Dilihatnya hamparan daratan dan sepanjang jalan hanya mahluk-mahluk
pemangsa yang mendiaminya. Kendaraan yang berserakan tak berpengemudi.
Dinding-dinding tinggi dilapisi kawat berduri memblokade antara zombie dan
manusia di Kota Rengat. Ezra pun selamat dari pristiwa yang hampir merenggut
nyawanya.
T A M A T 🙂👍
0 Komentar