Pangeran Muda : Wabah Misterius (Bagian 9)

Karya  : Andika Geotama

Sumber Gambar Ilustrasi : Google

Bagian 8  (Klik disini untuk baca bagian 8)

       Semua para prajurit telah siap untuk berangkat. Dengan persenjataan lengkap untuk menghadapi mayat-mayat hidup di istana utama kerajaan. "Kita harus bergegas sebelum wabah misterius ini menyebar ke seluruh isi istana" ucap Pangeran Muda. Berjalan dikawal oleh 500 prajurit dan tambahan prajurit bantuan dari Mpu Mulawarman. Mereka datang dengan tekad untuk menyelamatkan istana dari wabah tersebut. Dipimpin langsung oleh Putra Mahkota beserta pengawal pribadi, komandan kadipaten dan Mpu Mulawarman di garis terdepan. "Kita akan berjuang bersama, apapun kondisi kita nanti. Menyelamatkan istana utama berarti juga menyelamatkan kerajaan" seruan Pangeran Muda. Beberapa hari perjalanan di tempuh, akhirnya mereka sampai di gerbang utama istana kerajaan. Terjadi keanehan setelah mereka sampai di gerbang tersebut. Tidak terlihat satupun prajurit kerajaan bejaga. Ini juga menandakan bahwa keadaan istana betul-betul dalam keadaan bahaya wabah. "Mari kita bergegas, mereka menunggu bantuan dari kita semua" ucap Pangeran Muda. Berjalan menyusuri jalanan kerajaan, berharap semua cepat berakhir dan dapat pulih seprti sedia kala. Akhirnya setelah sekian jauh menempuh jalanan, mereka sampai di pintu benteng istana utama kerajaan. Hanya ada 5 prajurit berjaga di benteng tersebut. "Ampun tuan Pangeran, keadaan di istana sangat berbahaya. Sudah sebagian besar prajurit kerajaan seperti mayat hidup wahai tuan" ucap prajurit yang berjaga mengadukan hal tersebut kepada Pangeran Muda. "Kalian tetap jaga gerbang ini dan tinggalkan 50 prajurit kadipaten untuk membantu mereka" perintah Putra Mahkota kepada komandan prajurit Kadipaten Borneo. Agar melibatkan 50 prajurit untuk membantu 5 prajurit kerajaan berjaga di pintu benteng tersebut. "Bila mayat-mayat hidup sampai disini, jangan sampai mereka melewati benteng ini. Penggal leher-leher mereka" seru Putra Mahkota.

       Setelah itu, Pangeran Muda beserta para prajurit bergegas menuju istana utama Kerajaan Nusantara. "Bersiaplah, kalau kalian jumpai mayat-mayat hidup itu. Penggal leher-leher mereka" ucap Pangeran Muda. Mereka membentuk formasi pertahanan, dengan posisi prajurit-prajurit pemanah berada di barisan belakang dipimpin oleh Mpu Mulawarman.  Sedangkan berisan paling depan di isi oleh prajurit berpedang yang di pimpin langsung oleh Putra Mahkota, pengawal pribadi dan komandan prajurit kadipaten. "Ampun tuan Pangeran, sebaiknya tuan berada di tengah barisan. Karena ini sangat berbahaya bila tuan terkena gigitan mereka" ungkap pengawal pribadi itu. "Ini adalah rumahku, untuk apa aku takut menghadapi mereka" seru Pangeran Muda.  Mereka semua bersiap menghadapi mayat-mayat hidup itu. Sudah terlihat dari kejauhan mereka berlari mengarah ke rombongan Putra Mahkota. "Pasukan pemanah tembak mereka" perintah Putra Mahkota untuk menembak mereka. Setelah tembakan pertama para mayat hidup berjatuhan terkena anak panah. Namu tidak sampai di situ saja. Karena jumlah mereka semakin bertambah. Dari sisi kanan dan kiri  mereka datang melewati sela-sela rumah penduduk. Para prajurit yang telah bersiap menebas leher-leher mereka. Dari sisi kanan dan kiri pasukan berpedang bergerak memberikan perlawanan. Pasukan pemana meluncurkan anak panah dari kejauhan. "Cepat naik ke atap-atap rumah, kalian menyebar di setiap atap 10 orang penembak" perintah Mpu Mulawarman kepada pasukan pemanahnya. 
 
Sumber Gambar Ilustrasi : Google

       Para pasukan pemanah membentuk formasi di setiap atap-atap rumah penduduk. Masing-masing atap terdapat 10 pasukan pemanah. Mereka menembaki mayat-mayat hidup dari atas atap. Banyak yang berjatuhan tetapi jumlah mereka terus bertambah. Prajurit berpedang terus mengayunkan pedang-pedang tepat di leher mereka. Pangeran Muda terus maju dengan pedangnya melawan mayat hidup itu. Darah berceceran, kepala-kepala mayat hidup banyak terlepas akibat tebasan pedang prajurit. Sementara itu pasukan pemanah terus menerus menembakan anak panahnya dari atap-atap rumah. Sekian lama memberikan perlawanan, sampailah Pangeran Muda dan pasukan di pintu pagar  bangunan utama istana.Tetapi mereka tidak dapat memasukinya dikarenakan pintu tersebut tertutup dan terkunci. "Ampun tuan Pangeran, pintu pagar terkunci" lapor pengawal pribadi. Pengeran Muda memikirkan cara untuk memasuki halaman istana yang dikelilingi pagar dengan tinggi 3 meter tersebut. "Salah satu dari kita harus ada yang memanjat pagar dan membuka pintu ini dari dalam" ungkap Pangeran Muda. "Ijin Pangeran, biar pasukan pemanah saja yang menaiki pagar itu" ucap Mpu Mulawarman. Pasukan pemanah menaiki pagar tersebut. Mereka terlatih dalam hal memanjat dan memanah dari ketinggian. Itulah yang membuat mereka memiliki ciri khas yang spesial. Setelah berhasil menaiki pagar, pasukan pemanah membuka pintu tersebut. Pangeran Muda memasuki halaman istana dan di ikuti oleh para pasukan. Dari sisi depan beberapa orang mayat hidup yang merupakan tabib berlari ingin menerkam Pangeran Muda. Namun dengan cepat pasukan pemanah melepaskan tembakan dari kejauhan tepat di kening mereka. Pangeran Muda terhenti sejenak, melihat tabib istana yang terkena wabah tersebut. "Apakah di dalam sana masih ada yang selamat" ucap Pangeran Muda. "Siapkan posisi, sebagian dari kalian berjaga diluar dan sebagian ikut aku kedalam. Kita tidak tau berapa banyak mayat hidup yang siap menerkam kita di dalam itu" ungkap pangeran.

Sumber Gambar Ilustrasi : Google

       Mereka di sambut oleh mayat-mayat hidup setelah para prajurit membuka pintu istana. Pedang-pedang mereka menancap dalam di leher mayat hidup. Para prajurit menyebar untuk mencari orang yang selamat di setiap ruangan. Sedangkan Pangeran Muda dan pengawal pribadinya mencari ayahanda dan ibunda nya di dalam istana. Pencarian mereka sia-sia karena tidak menemukan satupun yang selamat. Sesaat teringat oleh Pangeran Muda atas keberadaan bunker di istana ini. "Mari kita memasuki bunker istana, mana tau mereka bersembunyi berlindung di bawah sana" ucap Pangeran Muda. Setelah itu mereka menuju bunker istana dan di jumpai penduduk dan orang-orang elit istana kerajaan bersembunyi di dalam bunker tersebut. Terlihat disana ada Menteri Besar Kerajaan Rejaksa Syah, Panglima Kerajaan Wasesa Darmasatria, beberapa menteri dan dewan pengadilan kerajaan. Pangeran Muda mendekati Menteri Besar Kerajaan Rejaksa Syah. "Dimana ayah dan ibuku?" Tanya Pangeran Muda kepada Rejaksa Syah. Namun dia tidak dapat menjawab. Keadaan hening di bunker tersebut. Karena takut akan kemurkaan sang Putra Mahkota, bila mengetahui kondisi ayahanda dan ibunda berada di tempat pengasingan di dalam hutan. Pangeran Muda perlahan mengelurakan pedang dari sarungnya. Suasana semakin mencengkam, di tambah beliau di kawal oleh ratusan prajurit dengan senjata lengkap. 





Posting Komentar

0 Komentar