Karya : Andika Geotama
Mereka perlahan memperlambat laju kuda yang ditungganginya. "Coba perhatikan, mereka seperti takut akan api itu" ungkap Pangeran Muda. Mayat-mayat hidup itu tidak berani mendekati kobaran api tersebut. "Semoga pihak istana Kadipaten Borneo dapat datang dengan cepat setelah melihat api itu dari kejauhan" ungkap Pangeran Muda. Pangeran Muda beserta para prajurit meninggalkan kampung tersebut, dan memantau keadaan dari atas bukit. Sementara itu di sisi Istana Kadipaten Borneo, prajurit melihat nyala api dekat lereng perbukitan. Para prajurit pemantau di atas tower benteng istana langsung membunyikan lonceng, tanda ada sesuatu bahaya di luar sana. Komandan prajurit kadipaten segera menaiki tower pemantau tersebut. Di lihat dari kejauhan memang terdapat kode nyala api yang menandakan di daerah itu sedang terjadi sesuatu yang berbahaya/mengancam. Dengan segera komandan prajurit kadipaten mengumpulkan prajurit pasukan kudanya. "Persiapkan diri kalian, selalu waspada, kita belum tahu apa yang terjadi di sana. Mari kita berangkat" ucap komandan prajurit. Mereka pergi dengan kekuatan penuh. Yang terdiri dari 50 prajurit berkuda dan 35 prajurit berkuda pemanah.
Setelah menempuh perjalanan panjang, malam itu juga mereka sampai di perkampungan tersebut. Alangkah kagetnya komandan prajurit kadipaten melihat dari kejauhan penduduk berlarian ke arah mereka. "Berhenti, mereka seperti mau menyerang kita" kata komanda prajurit kadipaten. Dari arah sisi bukit, pengawal pribadi Pangeran Muda dan beberapa prajurit kerajaan mendekati rombongan prajurit kadipaten. "Awas mereka sudah menjadi mayat hidup, kalian harus memenggal leher mereka" teriak pengawal pribadi Pangeran Muda dari kejauhan. Mendengar peringatan dari sisi bukit tersebut, komandan prajurit kadipaten memerintahkan pasukan pemanah siaga untuk menembak. Pengawal pribadi Pangeran Muda mendekat komandan tersebut untuk memberitahu apa yang sedang terjadi. "Tidak banyak waktu untuk menjelaskan, penduduk kampung tersebut sudah terkena wabah misterius, jangan sampai kita tergigit oleh mereka" ungkap pengawal Pangeran Muda.
Komandan prajurit kadipaten langsung memerintahkan untuk menembak mayat-mayat hidup tersebut. Banyak dari mereka yang berjatuhan tertancap anak panah. Namun tidak sampai disitu saja, karena jumlah mereka semakin bertambah. "Pasukan pedang berkuda siapkan senjata kalian, kita serbu mereka" teriak komandan prajurit kadipaten tersebut. Prajurit kadipaten menyerang mayat-mayat hidup tersebut dan langsung di pimpin komandan mereka. Tidak mau ketinggalan, pengawal pribadi Pangeran Muda dan beberapa prajurit kerajaan juga ikut menebas leher-leher mereka. Setelah mendapatkan perlawanan sengit dari pihak kadipaten. Akhirnya semua mayat-mayat hidup tersebut banyak tergeletak di tanah bagai dedaunan rimbun yang gugur. "Ini sebenarnya apa yang terjadi? Dan siapa engkau sesungguhnya?" Tanya komandan prajurit kadipaten kepada pengawal pribadi Pangeran Muda. Tanpa menjawab, pengawal pribadi tersebut memperlihatkan lencana khusus kerajaan untuk pengawal pribadi putra mahkota.
Melihat hal tersebut, komandan prajurit kadipaten langsung turun dari kuda untuk memberikan penghormatan kepada pengawal pribadi tersebut. Dan di ikuti juga oleh para prajurit kadipaten. "Kenapa tuan bisa sampai di perkampungan ini?" Tanya komandan prajurit kadipaten. "Kami kesini ingin mencari tabib kampung ini, tetapi yang kami jumpai semua penduduk telah berubah menjadi mayat-mayat hidup" jawab pengawal pribadi tersebut. "Kami juga tidak tahu wabah apa yang menimpa mereka semua" tambah pengawal pribadi itu. Komandan prajurit kadipaten tambah penasaran, apa hubunganya tabib dengan wabah misterius tersebut. Dan kenapa pengawal pribadi Pangeran Muda itu sampai mencari tabib kampung itu. "Tuan kenapa engkau jauh-jauh dari Istana Kerajaan pergi mencari tabib itu?" Tanya komandan tersebut. Pertanyaan itu tidak di jawab oleh pengawal tersebut. "Kalau kalian ingin tahu kenapa kami mencari tabib itu, mari ikut kami ke atas bukit itu" ungkap pengawal sambil menunjuk ke arah bukit. Merekapun mengikuti pengawal pribadi Pangeran Muda beserta prajurit untuk pergi ke bukit itu.
Mereka menaiki bukit itu dan dari kejauhan tampak Pangeran Muda dan para prajurit kerajaan telah menunggu mereka. "Siapa orang tersebut? Kenapa dikawal oleh prajurit kerajaan?" Tanya komandan prajurit kadipaten karena melihat Pangeran Muda. Sebelumnya mereka belum pernah berjumpa langsung oleh putra mahkota. Setelah mereka mendekat, komandan prajurit kadipaten turun. "Engkau siapa tuan?" Tanya komandan tersebut dengan sangat penasaran. Pangeran muda memperlihatkan lencana kerajaan putra mahkota. Seketika itu mereka memberi hormat kepada Pangeran Muda. "Ampun tuan, kenapa engkau pergi sampai kesini jauh dari istana tuan?" Tanya komandan tersebut. "Kami semua kesini karena mencari seorang tabib dari kampung itu" ungkap Pangeran Muda. "Kenapa tidak perintahkan saya dan prajurit kadipaten saja tuan, tanpa jauh-jauh tuan kesini" ungkap komandan prajurit kadipaten. "Sebenarnya ada sesuatu hal yang sangan darurat, yang harus aku selesaikan" kata Pangeran Muda. "Tetapi yang kami cari sudah meninggal terkena wabah misterius tersebut" tambah Pangeran Muda.
"Oh ya apakah Mpu Mulawarman tinggal di Kadipaten Borneo?" Tanya Pangern Muda. Karena Pangeran Mudah teringat dan sudah cukup lama tidak berjumpa dengan gurunya tersebut. Diketahui setelah mundur dari jabatan guru besar kerajaan, beliau pindah ke wilayah Kadipaten Borneo. Pindah karena ada sesuatu hal yang belum diketahui alasanya. Guru kharismatik, selalu pada pendirianya dan dijadikan tauladan oleh Pangeran Muda. "Iya tuan Pangeran, beliau tinggal dan masih mengajar di Kadipaten Borneo. Beliau juga melatih prajurit-prajurit menjadi pemanah yang handal" jawab komandan prajurit kadipaten. "Bisakah engkau mengantarkan aku menemuinya?" Ungkap Pangeran Muda. "Sebuah kehormatan dapat berjumpa dan mengawal sang Putra Mahkota" jawab komandan tersebut. Mereka berangkat menuju tempat Mpu Mulawarman tersebut. Setelah beberapa jam perjalanan mereka sampai di sekolah bentukan Mpu Mulawarman di Kadipaten Borneo. Ramai anak-anak muda yang belajar di sekolah tersebut. Jadi teringat kenangan oleh Pangeran Muda saat masa-masa menimba ilmu dulu. "Beri salam hormat kepada Putra Mahkota" seru komandan tersebut.
Mendengar seruan dari komandan prajurit kadipaten, seluruh murid dari Mpu Mulawarman memberikan penghormatan atas kedatangan Pangeran Muda. Dari sisi bangunan sekolah, Mpu Mulawarman keluar ruangan karena mendengar hal tersebut. Pangeran Muda perlahan mendekati guru nya tersebut dan memeluknya dengan erat. "Wahai guruku aku sungguh rindu setelah sekian lama tidak ada berjumpa" ungkap Pangeran Muda. "Ada sesuatu hal yang darurat wahai guru" tambah Pangeran Muda. Mereka berdua mengobrol di dalam ruangan milik Mpu Mulawarman. Sementara pengawal pribadi Pangeran Muda, komandan dan para prajurit menyempatkan waktu untuk istirahat. Menjelang urusan Pangeran Muda dengan Mpu Mulawarman selesai.
0 Komentar