A.
Latar
Belakang
Perkembangan kegiatan bisnis dewasa ini berkembang sangat
pesat, kompleks dan turbulent,
sehingga memaksa organisasi usaha untuk mengadakan perubahan pada lingkup
organisasinya agar dapat terus memiliki daya saing dan memenuhi konsep going concern. Transformasi organisasi
merupakan faktor yang mendesak untuk segera dilaksanakan terutama bagi
perusahaan yang selalu ingin meningkatkan daya saing dan peran strategisnya
terhadap sumber daya manusia (Isiatiningsih, Ventura, 2002). Peran sumber daya
manusia dalam organisasi adalah sangat dominant, karena merupakan motor
penggerak paling utama di dalam suatu organisasi, sehingga perhatian serius
terhadap pengelolan sumber daya manusia sebagai salah satu faktor penentu
keberhasilan mutlak diperlukan.
Peran sumberdaya manusia yang sangat besar akan keberhasilan
perusahaan ikut terpengaruh dengan dengan adanya globalisasi pasar dan
kompetisi yang tinggi, sehingga peran baru sumberdaya manusia dicerminkan
melalui berbagai perubahan. (Widyantoro, 2001). Adapun perubahan tersebut
adalah dari fungsionalis ke partner stratejik dari penjaga kebijakan perusahaan
ke agen perubahan, dari fungsi yang tidak efisien dan tidak kompeten menjadi
fungsi yang efisien dan berkualitas. Dengan demikian, dalam lingkungan bisnis
saat ini, perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang secara cepat mewujudkan
strategi dalam aksi, yang mengelola proses secara intelijen
dan efisien, yang memaksimumkan komitmen dan kontribusi karyawan, dan yang
menciptakan kondisi untuk perubahan (Ulrich,1998, dikutip Istianingsih, 2002).
Miles & Snow (1978) mengemukakan bahwa strategi
perusahaan yang berorientasi pada kreativitas dan inovasi mendorong perusahaan
menjadi pemimpin pasar melalui penciptaan produk-produk baru. Pemilihan
strategi bisnis harus didukung oleh strategi sumberdaya manusia, struktur dan
budaya perusahaan yang tepat. Strategi prospector misalnya perlu didukung oleh
sumber daya manusia yang commited dan
kompeten serta manganut nilai inovatif, professional, terbuka dan flekskibel.
Kesesuaian antara strategi perusahaan, strategi sumberdaya manusia, struktur
dan budaya perusahaan sangat penting untuk mendukung pencapaian kinerja
perusahaan. (Budiharjo, Usahawan 2004). Selanjutnya Norton & Kaplan (1998)
memberikan solusi bahwa keterkaitan antara strategi perusahaan, strategi
sumberdaya manusia, struktur serta budaya perusahaan dalam mencapai sasarannya
dapat diukur dengan menggunakan Balanced
Scorecard.
Suatu organisasi sangat didominasi oleh human capital dan modal intangible
lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya pengukuran terhadap strategi sumberdaya manusia. Salah satu konsep
yang diperkenalkan adalah human resources scorecard ( Becker, Huselid,
Ulrich, 2001) yang menawarkan langkah-langkah penting guna mengelola strategi
sumberdaya manusia.
Sumberdaya manusia hendaknya menjadi sebuah nilai tambah (value-adding) bagi organisasi, dimana
pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan
harus terus dikembangkan untuk mendukung srategi perusahaan. Artikel ini
akan membahas mengenai konsep atau cara keterkaitan antara strategi perusahaan
dan strategi sumberdaya manusia dalam pencapaian kinerja perusahaan yang
dikenal dengan human resources scorecard
yang diperkenalkan Becker et al (2001).
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Manajemen Strategi Human Resources
2.
Bagaimana Konsep Human Resources Scorecard
3.
Bagaimana Membangun HR Scorecard Sebagai Modal Strategi
4.
Bagaimana Cara Menggunakan HR Scorecard Sebagai “Strategic
Business Asset”
5.
Bagaimana Metode Pengukuran Kinerja Menggunakan HR Scorecard
6.
Apa Itu Human Capital Dan Human Capital Scorecard
BAB
II PEMBAHASAN
1.
Strategic
Human Resources Management
Becker & Gerhart (1996) dalam Kananlua (2001) mengatakan
bahwa sumberdaya manusia merupakan sarana strategis yang dapat memberikan
pengaruh ekonomi secara signifikan melalui perubahan focus menuju pembentukan
nilai. Manajemen sumberdaya manusia strategis saat ini telah mulai muncul
sebagai paradigma utama.
Alasanya cukup beragam namun, ada dua hal yang paling
mencolok yaitu semakin kerasnya persaingan di tingkat global dan adanya
usaha-usaha untuk mencari atau menumbuhkan sejumlah keungulan kompetitif.
Dengan demikian popularitas yang semakin tinggi dari strategic human resources
management berkaitan erat dengan kemungkinan dicapainya tingkat efektivitas organisasional yang lebih besar. Menurut
Huselid (1997 dalam Kananlua (2001) kinerja perusahaan dipengaruhi oleh
serangkaian praktek manajemen sumberdaya manusia yang dilaksanakan oleh
perusahaan.
Dengan demikian perlu adanya pendekatan yang dapat mengukur
praktek-prktek manajemen sumberdaya manusia terutama kinerja sumberdaya manusia
itu sendiri dalam upaya mendukung pencapaian kinerja organisasi perusahaan.
2.
Konsep
Human Resources Scorecard
Patience Mmetje Naves (2002), dalam disertasinya, menjelaskan
bahwa HR scorecard telah didesain secara khusus yang melekat pada sistem
sumberdaya manusia yang ada pada sebuah strategi organisasi secara keseluruhan
dan me-manage arsitektur sumberdaya
manusia sebagai sebuah strategic asset.
Hal tersebut didasarkan pada model balancescorecard yang menunjukan
bagaimana hubungan sumberdaya manusia yang diukur seperti profitability-nya dan
shareholder value dari line manager.
Becker et al (2001) memperkenalkan pertama kali konsep HR scorecard (2001), menunjukan
sumberdaya manusia sebagai strategic
asset dan menunjukan kontribusi
sumberdaya manusia terhadap keberhasilan keuangan organisasi.
HR Scorecard memiliki empat focus utama yaitu :
•
the key HR deliverables that will leverage HR’s role in the
firm’s overall strategy
•
the high performance work system
•
the extent to which that system is aligned to strategy
•
the efficiency with which the deliverables are generated
HR scorecard ketika digunakan secara efektif akan
menghubunkan antara strategi perusahaan dengan aktivitas sumberdayanya,
sehingga HR scorecard selalu diikuti oleh HR arsitektur untuk pengelolaan
pengukuran kinerja yang sistematik.
3.
Membangun
HR Scorecard Sebagai Modal Strategi
Menurut Becker et al (2001) dikutip Surya
dan Yuanita (2001), sistem pengukuran kinerja sumberdaya manusia yang efektif
mempunyai dua tujuan penting yaitu:
a.
Memberikan petunjuk bagi pembuatan keputusan dalam
organisasi,
b.
Berfungsi sebagai dasar untuk mengevaluasi kinerja
sumberdaya manusia. Konsep yang dikembangkan dalam HR scorecard tersebut lebih
ditujukan kepada peran penting dari para profesi sumberdaya manusia dimasa
datang.
Bila focus strategi perusahaan adalah menciptakan competitive advantage yang
berkelanjutan, maka focus strategi sumberdaya manusia harus disesuaikan. Hal ini
untuk memaksimalkan kontribusi sumberdaya manusia terhadap tujuan organisasi,
dan selanjutnya menciptakan nilai (value)
bagi organisasi. Dasar dari peran sumberdaya manusia yang stratejik terdiri
dari tiga dimensi rantai nilai (value
chain) yang dikembangkan oleh arsitektur sumberdaya manusia perusahaan,
yaitu fungsi, sistem dan perilaku karyawan. Gambar berikut ini menggambarkan
proses arsitektur strategi sumberdaya manusia (Becker et al, 2001),dimana
sebuah perusahaan/organisai memiliki tiga komponen atau dimensi dari arsitektur
sumberdaya manusianya sebagai berikut :








Employee Behaviors
Figure
1 : HR Architecture
Sumber
: Becker, Huselid, Ulrich, 2001
Dasar penciptaan nilai strategi sumberdaya manusia adlah
mengelola infrastruktur untuk memahami dan mengimplementasikan strategi
perusahaan. Biasanya profesi dalam fungsi sumberdaya manusia diharapkan dapat
mengarahkan usaha ini. Becker et al (2001) menemukan bahwa kebanyakan manajer
sumberdaya manusia lebih memusatkan kegiatannya pada penyampaian (delivery) yang tradisional atau kegiatan
manajemen sumberdaya manajemen teknis, dan kurang memperhatikan pada dimensi
manajemen sumber daya manusia yang stratejik. Kompetensi yang perlu
dikembangkan bagi manajer sumberdaya manusia masa depan dan memiliki pengaruh
yang sangat besar terhadap kinerja organisasi adalah kompetensi manajemen
sumberdaya manusia stratejik dan bisnis.
2. Sistem Sumberdaya
Manusia (The Human Resources System)
Sistem
sumberdaya manusia adalah unsur utama yang berpengaruh dalam suberdaya manusia
stratejik. Model sistem ini yang disebut sebagai High performance work system
(HPWS). Dalam HPWS setiap elemen pada system sumberdaya manusia dirancang untuk memaksimalkan seluruh kualitas human capital melalui organisasi. Untuk membangun dan memelihara
persediaan human capital yang
berkualitas, HPWS melakukan hal-hal sebagai berikut :
ü Mengembangkan
keputusan seleksi dan promosi untuk memvalidasi model kompetensi
ü Mengembangkan
strategi yang menyediakan waktu dan dukungan yang efektif untuk ketermpilan yang
dituntut oleh implementasi strategi organisasi
ü Melaksanakan
kebijaksanaan kompensasi dan manajemen kinerja yang menarik,
mempertahankan dan memotivasi kinerja karyawan yang tinggi.
Hal diatas merupakan langkah penting dalam pembuatan
keputusan peningkatan kualitas karyawan dalam organisasi, sehingga memungkinkan
kinerja organisasi berkualitas. Agar sumberdaya manusia mampu menciptakan value, organisasi perlu membuat struktur
untuk setiap elemen dari sitem sumberdaya
manusia dengan cara menekankan,mendukung dan me-reinforce HPWS.
HPWS secara langsung menciptakan customer value atau nilaii lainnya yang berkaitan. Dalamhal ini
proses kemitraan (Alignment) dimulai
dari pemahaman yang jelas terhadap rantai nilai perusahaan, suatu pemahaman
Solid apa
saja yang dijadikan nilai perusahaan dan bagaimana manfaat nilai tersebut
diciptakan. Kuncinya, bahwa karakteristik HPWS tidak hanya mengadopsi
kebijaksanaan dan praktek sumberdaya manusia yang tepat tetapi
juga bagaimana mengelola praktek sumberdaya manusia tersebut. Dalam HPWS
kebijaksanaan dan praktek sumberdaya manusia perusahaan menunjukan aligment (kemitraan) yang kuat dengan
sasaran operasional dan strategi bersaing organisasi. Setiap HPWS akan berbeda
diantara organisasi, sehingga HPWS dapat disesuaikan dengan keunikan, kekuatan
dan kebutuhan masing-masing organisasi.
- Perilaku
Karyawan Yang Strategik (Strategic
Employee Behaviour)
Peran sumberdaya manusia yang strategik akan memfokuskan
pada produktivitas perilaku karyawan dalam organisasi. Perilaku stratejik
adalah perilaku produktif yang secara langsung mengimplementasikan strategi
organisasi. Strategi ini terdiri dari dua kategori umum seperti :
ü Perilaku
inti (core behaviour) adalah
alur yang langsung berasal dari kompetensi inti perilaku yang didefinisikan organisasi.
Perilaku tersebut sangat fundamental untuk keberhasilan organisasi.
ü Perilaku
spesifik yang situasional yang essential sebagai key
point dalam organisasi atau rantai nilai dari suatu bisnis.misalnya
berupa keterampilan cross-selling yang
dibutuhkan oleh Bank Cabang.
Mengintegarsikan perhatian pada perilaku kedalam keseluruhan
usaha untuk mempengaruhi dan mengukur kontribusi sumberdaya manusia terhadap
organisasi merupakan suatu tantangan. Pertanyaannya, yang mana yang penting?,
Bagaimana mereka mengelolanya?. Pertama, pentingnya perilaku akan didefinisikan
oleh kepentingan unutk implementasi strategi organisasi. Kedua, cukup penting
untuk mengingat bahwa kita tidak mempengaruhi perilaku stratejik secara
langsung, tentang perilaku tersebut merupakan hasil akhir dari arsitektur
sumberdaya manusia secara luas.
4.
Menggunakan
HR Scorecard Sebagai “Strategic Business Asset”
Menurut Becker, Huselid dan Ulrich (2001) perlu
diilustrasikasn bagaimana sumberdaya manusia dapat menghubung -hubungkan
fungsi-fungsi yang dilaksanakannya kedalam proses implementasi stratejik
organisasi perusahaan.
- Clarify And Articulate The Business Strategy
Memfokuskan pada implementasi strategi daripada hanya
memfokuskan pada isi strateginya sendiri sehingga pemimpin senior sumberdaya
manusia dapat memfasilitasi diskusi mengenai bagaimana mengkomunikasikan sasaran
perusahaan melalui organisasi.
- Develop The Business Case For HR As A Strategic Asset
Didalam membuat kasus bisnis perlu dilakukan penelitian
untuk mendukung rekomendasi perumusan kasus tersebut : hasil penelitian
menunjukan bahwa sukses atau tidaknya perusahaan ditentukan oleh bagaimana
mengimplentasikan strategi secara efektif, bukan isi dari stratregi itu
sendiri.
- Create A Strategy Map For The Firm
Kejelasan strategi organisasi mentapkan langkah-langkah
untuk pelaksanaan strategi. Dikebanyakan organisasi, nilai pelanggan (customer value) tercakup didalam produk
dan jasa yang dihasilkan organisasi sebagai suatu hasil yang komleks dan proses
kumulatif yang disebut Michael Porter (1985) sebagai “Value Chain”. Semua organisasi memiliki value chain walaupun itu belumdiartikulasikan,dan
system pengukuran kinerja organisasi harus memperhatikan setiap hubungan
didalam rantai itu.
- Identify
HR Deiliverables Within The Strategy Map
Memaksimalkan value membutuhkan pemahaman dari berbagai sisi
yang saling berhubungan. Bila manajer sumberdaya manusia tidak memahami aspek
bisnis, maka para manajer tidak akan menghargai bagian sumberdaya manusia
tersebut. Dalam halini menetapkan apa yang dapat mendukung kinerja perusahaan
seperti yang ditentukan dalam peta strategi dan berusaha focus pada tingkah
laku stratejik yang memperluas fungsi kompetensi, reward, dan tugas organisasi. Misalnya: perusahaan memutuskan bahwa
stabilitas karyawan atau rendahnya turn over (enables) dapat meningkatkan perputaran waktu (life cycle) bagian R &D (high
performance driver)
- Align
The HR Architecture With HR Deliverables
Adanya ketidaksejajaran anatara system sumberdaya manusia
dengan implentasi strategi dapat menghancurkan value yang telah ditetapkan.
- Design
The Strategic Measurement System
Dalam tahap ini dibutuhkan tidak hanya perspektif baru dalam
pengukuran kinerja sumberdaya manusia, tetapi juga resolusi dari beberapa hal
teknis yang belum banyak dikenal oleh professional sumberdaya manusia.
- Execute
management by measurement
Bila HR scorecard disejajarkan dengan pentingnya strategi
perusahaan, maka professional sumberdaya manusia akan menemukan insight baru tentang apa yang hajrus
dilakukan untuk mengelola sumberdaya manusia sebagai asset stratejik. Dengan
demikian untuk mengembangkan system pengukuran kinerja kelas dunia tergantung
pada pemahaman yang jelas apa strategi bersaing dan sasaran operasional
perusahaan, serta pernyataan definitive tentang kompetensi karyawan dan tingkah
laku yang dibutuhkan untuk mencapai sasaran perusahaan.
5.
Pengukuran
Kinerja Menggunakan HR Scorecard
Mengukur efisiensi sumberdaya manusia mencerminkan fungsi sumberdaya
manusia yang secara umum membantu organisasi memperoleh penghasilan dan laba.
(Naves,2002). Fokus mereka adalah pada ”do-ables”
memastikan bahwa penyerahan jasa dilakukan dengan cara cost efective. Sumberdaya manusia harus mempunyai akses dalam
cakupan luas ke benchmarks dan
standar biaya agar efisiensinya dapat terukur. Keseluruhan gagasan HR Scorecard
adalah untuk memastikan bahwa ada suatu kesejajaran antara biaya sumberdaya manusia dan penciptaan nilai
sumberdaya manusianya.
Kesejajaran antara pengendalian biaya dan pengukuran
penciptaan nilai membantu manajer sumberdaya manusia untuk menhindari
kencederungan usaha strategic sumberdaya manusia yang mengabaikan biaya
dibanding manfaat yang didapat. Kesejajaran ini merupakan dasar interface antara balance scorecard dengan HR
scorecard.
Selanjutnya, terdapat beberapa tahapan dalam merancang
system pengukuran sumberdaya manusia melalui pendekatan HR Scorecard yaitu sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasikan HR
Competency
Kompetensi yang dimaksud adalah berupa pengetahuan,
keterampilan, kemampuan dan karakteristik kepribadian yang mempengaruhi secara
langsung terhadap kinerhjanya. Pengelolaan kompetensi sumberdaya manusia perlu
mengacu pada visi, misi, strategi dan sasaran perusahaan. Dalam penelitiannya,
McClleland (1973) menyimpulkan bahwa kompetensi memiliki daya prediksi pada
kinerja. Menurut beberapa pakar, kompetensi tidak sama dengan trait, tetapi fakta menunjukan bahwa
beberapa trait tidak bias dipisahkan
dengan kompetensi, misalnya influence,
flexibility, innovation, team
orientation,dan commitment (Cooper,
2000). Pada dasarnya, model kompetensi
ini diperlukan untuk memperjelas ekspektasi suatu jabatan, mengoptimalkan
produktivitas, serta mendukung penyesuaian terhadap perubahan.
b.
Pengukuran High
Performance Work System (HPWS)
Menempatkan dasar untuk membangun sumberdaya manusia menjadi
aset stratejik. HPWS memaksimalkan kinerja karyawan. Setiap pengukuran sistem
sumberdaya manusia harus memasukan kumpulan indikasi yang merefleksikan pada
‘fokus pada kinerja’ dari setiap elemen system sumberdaya manusia.
Pengukuran HPWS lebih pada bagaimana organisasi bekerja
melalui setiap fungsi sumberdaya manusia mulai dari tingkat makro dan
menekankan pada orientasi kinerja pada setiap aktivitas.
Manajer sumber daya manusia memerlukan suatu set pengukuran
dari dimensi kinerja mengenai aktivitas sumberdaya manusia pada perhatian
utamanya. Ukuran ini dapat direpresentasikan dalam scorecard sebagai simple
toggles, dengan indicator “tidak puas” atau “puas”.(Navez, 2002).
Berarti menilai sejauhmana system sumberdaya manusia
memenuhi kebutuhan implemntasi strategi perusahaan atau disebut kesejajaran
eksternal (external aligment) sedangkan yang dimaksud dengan kesejajaran
internal (internal aligment) adalah bagaimana setiap elemen dapat bekerja
bersama dan tidak mengalami konflik.
Dalam hal ini tidak perlu dilakukan pengukuran kesejajaran internal,
karena bila system sumberdaya manusia sudah focus pada implementasi strategi
(kesejajaran external) atau dapat dapat mengelola kesejajaran eksternal, maka
ketidaksejajaran internal cenderung tidak terjadi. Fokus pada kesejajaran
internal lebih sesuai bila pengukuran untuk suatu perusahaan tidak mengadopsi
perspektif strategi sumberdaya manusia. (Surya dan Yuanita, 2001).
d. HR Deliverable
Untuk mengintegrasikan sumberdaya manusia kedalam system
pengukuran kinerja bisnis, manajer harus mengidentifikasi hal yang
menghubungkan antara sumberdaya manusia dan rencana-rencana implementasi
strategi organisasi. Hal tersebut dinamakan “strategi HR deliverable” yang
merupakan outcome dari arsitektur sumberdaya manusia yang akan melaksanakan
strategi perusahaan.
6.
Human
Capital Dan Human Capital Scorecard
- Human Capital
Merupakan salah satu sumber daya intangible. Sumberdaya manusia
yang ada pada suatu organisasi hendaknya menjadi nilai tambah bagi organisasi
itu sendiri. Agar value adding,
pembangunan human capital harus menjadikan produk dan jasa yang dihasilkann
oleh perusahaan unggul dalam persaingan, disamping itu pembangunan human capital harus menjadikan
organisasi perusahaan mampu dengan cepat,fleksibel, terpadu dan inovatif
melayani kebutuhan customer. (Mulyadi,
2001).
Human Capital Terdiri dari dua komponen : kapabilitas
personel dan komitmen personel. Untuk
berdaya saing dilingkungan bisnis yang kompetitif, personel perusahaan harus
memiliki kapabilitas unggulan. Kapabilitas unggulan adalah keterampilan yang
diperlukan oleh perusahaan untuk memanfaatkan secara optimum aktivanya.
- The Human Capital Scorecard
Menyediakan suatu cara untuk para agent dalam mencapai
status siap bersaing dengan meningkatkan fungsi pengelolaan dan penyebaran
sumberdaya manusia. The human capital
scorecard memiliki 4 tahapan yaitu dimension of human capital, performance
goals,measures,and operational application of measures.( from : http://www.opm.gov/hrmc/2001/msg-112b.htm.)
Kemudian, Ada dua sasaran stratejik dalam perspektif human capital yaitu kapabilitas karyawan
dan komitmen karyawan.
Manajemen sumberdaya yang stratejik menyangkut hubungan
antara sumberdaya manusia dengan tujuan dan sasaran stratejik dalam rangka meningkatkan
kinerja bisnis dan mengembangkan kultur organisasi yang mendorong inovasi dan
fleksibilitas.
BAB
III KESIMPULAN
Dari uraian diatas, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1.
Peran sumberdaya manusia yang sangat besar akan keberhasilan
perusahaanikut terpengaruh dengan dengan adanya globalisasi pasar dan kompetisi
yang tinggi, sehingga peran baru sumberdaya manusia dicerminkan melalui
berbagai perubahan. Dalam lingkungan bisnis saat ini, perusahaan yang sukses
adalah perusahaan yang secara cepat mewujudkan strategi dalam aksi, yang
mengelola proses secara intelijen dan efisien, yang memaksimumkan komitmen dan
kontribusi karyawan, dan yang menciptakan kondisi untuk perubahan. Suatu
organisasi sangat didominasi oleh human
capital dan modal intangible lainnya. Oleh sebab itu perlu adanya pengukuran terhadap strategi sumberdaya manusia.
Salah satu konsep yang diperkenalkan adalah human
resources scorecard yang menawarkan langkah-langkah penting guna mengelola
strategi sumberdaya manusia.
2.
HR
Scorecard merupakan suatu pendekatan baru dalam pengukuran kinerja sumberdaya manusia dalam rangka
meningkatkan kinerja organisasi. Model pengukuran ini sangat
penting bagi manajer sumberdaya manusia untuk menghaadapi tantangan dimasa
depan, mengingat lingkungan yang selalu berubah. HR Scorecard diharapkan akan memberikan manfaat bagi profesi
sumberdaya manusia dalam memahami perbedaan antara HR Do-ables (kinerja
sumberdaya manusia yang tidak mempengaruhi implementasi strategi perusahaan) dengan HR Deliverable (kinerja sumberdaya manusia yang mempengaruhi
implemntasi strategi perusahaan).
3.
Human
capital merupakan salah satu sumber daya intangible. Sumberdaya manusia
hendaknya menjadi sebuah nilai tambah (value-adding)
bagi organisasi, dimana pengukuran dan penilaian kinerja perusahaan harus terus
dikembangkan untuk mendukung srategi perusahaan. The human capital scorecard menyediakan
suatu cara untuk para agent dalam mencapai status siap
bersaing dengan meningkatkan fungsi pengelolaan dan penyebaran sumberdaya
manusia. The human capital scorecard
memiliki 4 tahapan yaitu dimension of
human capital, performance goals,measures,and operational application of measures.
4.
Bagi organisasi, dengan pengukuran ini dapat membantu dalam
hal mengontol biaya penciptaan nilai (value) perusahaan, menilai kontribusi
sumberdaya manusia terhadap implementasi strategi serta mendukung adanya
perubahan (change) dan fleksibilitas
organisasi.
Daftar
Pustaka
Andreas
Budihardjo, 2004, Hubungan antara strategi bisnis dan strategi
SDM dalam upaya meningkatkan kinerja perusahaan. Usahawan No. 03 Th. XXXIII Maret 2004 page 46-52.
Brian
Becker, Mark Huselid, and Dave Ulrich, 2001, The
HR Scorecard : Linking People, Strategy and Performance. From
: http://www.worldofhr.com/HR%20scorecard.pdf
, retrieved at 9 Juli 2004.
Budi
W. Soetjipto, 2004, Menjadi juara sumberdaya manusia : sebuah pengantar.,
Usahawan No. 02 Th. XXXIII Februari 2004 page 3-4.
Elizabeth
Lucky, 2002, Peran pemimpin dalam memaksimisasi sumber
daya manusia dan strategi bersaing untuk membentuk organisasi kelas dunia. Usahawan
No. 11 Th. XXXI Nopember 2002 page 11-15
H.
John Bernardin, 2001, Human resources management: an experiential approach,
Third Edition, Mc.Grawhill
Harry
Widyantoro, 2001., Menciptakan eustress di tempat kerja upaya meningkatkan
kinerja karyawan. Ventura, Vol. 4 No 2 September 2001 page 54-59
Handoko Karjantoro,
2004, Mengelola kinerja
: suatu tinjauan
praktis.
Usahawan No.07 Th. XXXIII Juli 2004 page 24-28.
Insitianingsih,
2002, Gagasan tentang SDM yang fleksibel dan
efisien Strategi untuk mencapai daya saing bisnis. Ventura
Vol.5. No. 1 April 2002 page 96-107.
Mulyadi, 2001, Balance
scorecard : alat manajemen kontemporer untuk pelipatganda kinerja keuangan perusahaan. Penerbit Salemba Empat Jakarta.
Michael
E Porter, , 1985, Competitive Advantage: Creating and
Sustaining Superior Performance, The Free Press.
Prijono
Tjiptoherijanto, 2004, Konsep pengembangan SDM mengahadapi perubahan
dan tantangan organisasi. Usahawan No. 02 Th. XXXIII Februari 2004 page 28-31.
Paulus
S. Kananlua, 2001, Praktek MSDM dan kinerja organisasi., Ventura, Vol. 4 No 1 Juni 2001 page 44-50.
Patience
MMetje Naves, 2002, Benchmarking ESkom’s Human resources
Practies impacting on organizational performance. Disertation
Doctor of Philosofi, Faculty of
Economic and Mangement Sciences, Rand
Robert
S Kaplan, and David P. Norton, 2001, The
Strategiy Focused Organization : How Balanced Scorecard
companies thrive in the new business environment, Harvard Business School
Press.
_____, 1996, Using
the Balanced Scorecard As A Strategic Management System, Harvard Business
School Press.
Robert
L. Mathis, and Jhon H. Jackson, 2001, Human
resources management, alih
bahasa tim salemba empat Jakarta. Penerbit Salemba Empat Jakarta
Surya Dharma dan Yuanita
Suntrio, 2001, Human Resources Scorecard :
Suatu model pengukuran
kinerja SDM, Usahawan No. 11 Th. XXX
0 Komentar