Tak satupun kata terucap. Mereka diam terbungkam atas keadaan yang sulit ini. Sang Putra Mahkota telah siap untuk melampiaskan kemurkaan dengan pedang di tanganya. Dari sebelah sisi Pangeran Muda, mendekat Mpu Mulawarman untuk menenangkan Putra Mahkota. "Kita akan adili mereka yang bersalah dengan seberat-beratnya. Sebaiknya mereka kita tahan dulu wahai Pangeran dan penduduk kita jaga dalam istana ini, menjelang kondisi semua membaik wahai Pangeran Muda". Ucap Mpu Mulawarman. Setelah di tenangkan oleh sang guru, Pangeran Muda meluluh dan memasukan kembali pedangnya. "Tahan mereka di ruangan itu (menunjuk ke bagian ruangan dalam bunker tersebut) tutup, kunci dan jaga mereka" perintah Pangeran Muda kepada prajuritnya. Akhirnya menteri besar kerajaan beserta para menteri, panglima dan dewan pengadilan kerajaan di tahan di ruangan tersebut. Kalau sudah perintah Putra Mahkota tidak ada berani yang melanggar ataupun menolaknya. Karena pimpinan tertinggi adalah Putra Mahkota setelah Raja. Penduduk yang bersembunyi di dalam bunker di keluarkan dari bunker. "Biarkan para penduduk berada di dalam istana utama ini, biar mereka aman. Sebagian pasukan menjaga di sekeliling istana". Ucap Putra Mahkota. Seluruh penduduk yang selamat di biarkan bebas tinggal di istana raja. Hal ini tidak pernah terjadi selama berdirinya Kerajaan Nusantara. Karena istana raja adalah untuk raja. Namun di masa Pangeran Muda, semua penduduk yang selamat mendapat ijin untuk tinggal di istana utama tersebut.
Pangeran Muda melanjutkan pencarianya ayahanda dan ibundanya bersama pengawal pribadi dan Mpu Mulawarman. Sementara itu komandan kadipaten berserta para prajuritnya membantu menjaga istana. "Ampun tuan Pangeran, saya ingin menyampaikan sesuatu" berlari seorang penduduk menghadap Putra Mahkota. "Apa yang ingin engkau sampaikan?" Ucap Pangeran Muda. "Ampun tuan Pangeran, saya mengetahui keberadaan Baginda Raja dan Ibunda Ratu" ungkap orang itu. "Dimana mereka sekarang berada?" Tanya Pangeran Muda. "Mereka menteri besar dan panglima kerajaan mengurung Baginda Raja dan Ibunda Ratu di rumah dalam hutan itu wahai Pangeran. Saya sendiri melihat beliau membawa Baginda dan Ibunda ketempat itu, saat itu saya tengah mencari kayu bakar wahai Pangeran" jawab orang tersebut. Pangeran Muda sangat terkejut mendengar keterangan dari orang itu. Rupanya yang dia curigai atas semua masalah yang menimpa diri Pangeran Muda selama ini adalah benar. Bahwa menteri besar dan panglima kerajaan ingin melengserkan ayahnya dari tahta. Pangeran Muda beserta pengawal pribadi, Mpu Mulawarman dan dikawal beberapa prajurit berjalan menuju hutan tempat pengasingan ayahanda dan ibundanya. Pangeran Muda tidak habis pikir atas prilaku mereka mengurung Baginda Raja. Sesaat setelah menempuh perjalanan dari istana, mereka sampai di rumah dalam hutan yang di maksud penduduk tersebut. "Wahai Pangeran, biar saya saja yang membuka pintu itu dahulu" ucap pengawal pribadi takut kalau Pangeran Muda tidak memberikan perlawanan bila di serang ayah dan ibunya sendiri. Tentu ini akan mengancam keselamatan sang Putra Mahkota.
Perlahan pengawal pribadi membuka pintu tersebut. Dengan hati-hati mereka memasuki rumah itu. Sangat terkejut mereka melihat Baginda Raja dan Ibunda Ratu tergeletak di lantai dekat ruangan tengah. Bau busuk menyengat tidak dapat di hindarkan. "Tuan Pangeran, hati-hati engkau tergigit nanti" bisik Mpu Mulawarman. Perlahan mereka mendekati tubuh Baginda Raja dan Ibunda Ratu. Mpu Mulawarman memberanikan diri menyentuh leher beliau untuk memastikan beliau dalam keadaan hidup atau tidak. Setelah menyentuh leher kedua nya, Mpu Mulawarman terdiam. "Bagaimana keadaan Ayah dan Ibundaku wahai guruku?" Tanya Pangeran Muda dengan sedih. "Ampun Pangeranku, Baginda Raja dan Ibunda Ratu telah tiada. Ini karena beliau terkurung terlalu lama di dalam rumah ini" jawab Mpu Mulawarman. Pangeran Muda langsung terduduk menyaksikan orang yang dia cintai telah meninggalkanya untuk selama-lamanya. Sementara itu Mpu Mulawarman dan pengawalnya berusaha untuk menenangkan hatinya. "Tuan Pangeran, ini sudah jalan beliau dan sebagai Raja kami, beliau sampai akhir hayatnya tidak pernah melukai rakyatnya. Walaupun kondisi Baginda Raja dan Ibunda Ratu telah terkena wabah ini" ucap pengawal pribadi. "Wahai Pangeran, sebaiknya kita segera melakukan upacara pemakamkan Baginda Raja dan Ibunda Ratu. Supaya beliau tenang di alam sana wahai Pangeran" ungkap Mpu Mulawarman. Pangeran Muda sangat mendengarkan gurunya tersebut. Karena Pangeran Muda telah menganggap Mpu Mulawarman sebagai orang tua ke duanya.
Mereka membawa jasad Baginda Raja dan Ibunda Ratu ke istana utama kerajaan. Para prajurit memanggulnya dengan peti darurat yang mereka buat tadi. Perasaan sedih tidak dapat di elakan, perasaan marah tidak dapat dihindarkan atas semua kejadian ini. Setelah itu mereka sampai di pintu pagar istana, dan di sambut oleh para prajurit yang berjaga. Isak tangis menyambut kepulangan Baginda Raja dan Ibunda Ratu yang sudah tidak bernyawa. Hari itu juga semua mempersiapkan upacara pemakaman Baginda Raja dan Ibunda Ratu. Menteri besar beserta para menteri, komandan dan dewan pengadilan kerajaan di keluarkan dari bunker dan di ikat untuk menyaksikan upacara pemakaman tersebut. Cacian makian mereka terima dari para penduduk atas kekejaman mereka terhadap Baginda Raja dan Ibunda Ratu. Mereka bersedih menyaksikan Baginda Raja dan Ibunda Ratu di masukan ke dalam tanah pemakaman dekat istana. Setelah prosesi pemakaman selesai Pangeran Muda memerintahkan untuk memasukan kembali tahanan tersebut ke dalam bunker.
Pangeran muda berbincang dengan Mpu Mulawarman, untuk membicarakan hukuman yang pantas untuk penghianat kerajaan. "Wahai Pangeran, kita tunggu semua komandan kadipaten lainya tiba di istana ini besok. Jadi setelah semua komandan berkumpul, kita keluarkan para penghianat kerajaan ini di hadapan mereka. Biarkan mereka harus mengakui kesalahanya di hadapan para komandan kadipaten" usul Mpu Mulawarman. "Saran yang bagus wahai guruku, besok kita kumpulkan juga seluruh penduduk dan semua prajurit kerajaan. Biar mereka mengetahui mereka-mereka itu adalah penghianat sesungguhnya" ucap Pangeran Muda. Strategi yang sangat baik untuk membersihkan nama baik Putra Mahkota. Karena fitnah yamg selama ini di tujukan kepadanya sangat membuatnya dirugikan. Keesokan harinya, komandan beserta para prajurit dari seluruh kadipaten telah tiba di istana utama kerajaan. Mereka berkumpul di halaman istana. Para komandan duduk pada posisi di depan menghadap para prajurit dan penduduk yang hadir. Di sisi lainya sang Putra Mahkota datang di tengah-tengah mereka. "Salam hormat untuk Putra Mahkota" seru pengawal pribadi Pangeran Muda. Semua memberikan salam kepada Putra Mahkota. "Hari ini menjadi duka terbesar untuk Kerajaan Nusantara. Karena kehilangan sesosok Raja dan Ratu yang telah berbuat banyak untuk kemakmuran dan keamanan kita semua. Hal ini terjadi karena ketamakan para pejabat istana yang menginginkan kedudukan di tahta raja. Terutama Rejaksa Syah yang menjadi otak semua ini" ucap Putra Mahkota memberi kata sambutan atas kedatangan para tamu. Para komandan kadipaten tidak menyangka bahwa Rejaksa Syah penggerak penghianatan ini. Para tahanan penghianat di bawa keluar untuk di sidang di tengah-tengah para komandan kadipaten, prajurit dan penduduk. "Lihatlah penghianat kerajaan ini" ucap Pangeran Muda. Cacian makian harus mereka terima dari para penduduk. "Akui semua kesalahan kalian di depan kami semua, atau kalian akan dihukum penggal" ucap Pangeran Muda dengan nada tinggi.
Pasukan kerajaan telah bersiap dengan pedang-pedang mereka yang berada di belakang para penghianat. Bila tidak mengakui kesalahan, maka leher mereka akan di tebas. Setelah mendapat tekanan luar biasa dari pihak istana maupun dari penduduk yang hadir. Akhirnya mereka semua mengakui semua kesalahan yang telah di perbuat. Hingga berani mengirimkan Putra Mahkota ke pengasingan atas dasar hukuman yang mereka fitnahkan. Yang lebih parah lagi, mereka kompak menyetujui mengurung Baginda Raja dan Ibunda Ratu yang terkena wabah misterius di tengah-tengah hutan. Setelah mereka mengakui semua kesalahan. Sang Putra Mahkota tidak menghukum mati mereka. Namun mereka di asingkan di pulau terluar yang sangat jauh dan mereka semua di lepas dari gelar kehormatan kebangsawananya. Walaupun demikian, para istri dan anak-anak mereka tidak dihukum seperti suami-suami mereka. Akan tetapi dengan kebijaksanaan Putra Mahkota para istri dan anak-anak mereka akan di rawat dan dijaga oleh pihak kerajaan. Di saat itu juga Putra Mahkota Alfatih Syah di angkat menjadi pengganti Raja Kerajaan Nusantara yang di saksikan oleh seluruh komandan kadipaten beserta para prajurit dan penduduk yang hadir. Raja tersebut bergelar Baginda Raja Alfatih Syah. Setelah Baginda Raja Alfatih Syah memimpin, kondisi kerajaan berangsur mulai membaik seperti sediakala.
T A M A T 👍
0 Komentar